Jakarta (ANTARA News) - Perekonomian Indonesia pada tahun ini akan menghadapi ancaman inflasi tinggi, menyusul melambungnya harga minyak mentah dan komoditas pangan.
Ekonom Bank Mandiri, Martin Pangabean, dalam acara Economic Outlook 2008, di Jakarta, Selasa, mengatakan pada saat ini ancaman inflasi terlihat sangat nyata, dengan naiknya harga berbagai komoditas di pasaran dunia.
"Di berbagai belahan dunia, inflasi Februari 2008 (YoY) bahkan mencapai 5-10 kali lebih tinggi dari inflasi 2006," katanya.
Menurut Martin, tekanan inflasi di dalam negeri paling tidak ada tiga sumber penyebabnya, yakni harga komoditas global (termasuk pangan), kurs nilai tukar rupiah dan tekanan harga minyak dunia terhadap Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Dari sudut kurs, lanjutnya, perhitungan Bank Mandiri menunjukkan bahwa kurs saat ini berada pada nilainya yang wajar Rp9.258 per dolar AS dan ini masih ada potensi pelemahan.
Penyebab melemahnya rupiah ini karena nilai ekspor Indonesia yang diperkirakan harganya tetap, sedangkan nilai harga-harga produk yang diimpor dari pasaran dunia sudah meningkat, sehingga nilai tukar Indonesia terdepresiasi dan menyebabkan nilai wajar kurs melemah.
Selain itu, kata Martin, ekspektasi para pelaku pasar yang memperkirakan kurs rata-rata 2008 berada pada angka Rp9.500 per dolar AS juga akan menjadi penyubang terhadap tekanan inflasi.
Sedangkan tekanan kedua datang dari tekanan anggaran, akibat kenaikan harga minyak mentah dunia yang di atas 100 dolar As per barel.
"Hingga 18 April 2008 harga ICP (Indonesian Crude Price) sudah mendekati 100 dolar AS per barel. Seandainya pemerintah memperkenalkan `smart card` atau merubah harga BBM oktan-90 menjadi Rp5.500 per liter, dampaknya adalah tetap kenaikan harga BBM pada tingkat eceran," jelasnya.
Dengan melihat ekspektasi dan perkembangan inflasi saat ini, Martin memperkirakan bahwa inflasi inti (core inflation) akan terus naik menjadi sekitar 9 persen pada akhir tahun ini.
Walaupun demikian, untuk angka inflasi inti akan menurun sepanjang 2009, selama pergerakan kurs dan harga energi kembali wajar, tambahnya. (*)
sumber: http://www.antaranews.com/view/?i=1208851098&c=EKB&s=
Tidak ada komentar:
Posting Komentar