Sabtu, 14 Mei 2011

Ekonomi Indonesia 2008: dari "So Good ke So Bad"

JAKARTA, SENIN — Kondisi perekonomian Indonesia pada tahun 2008 digambarkan pengamat ekonomi Iman Sugema mengalami pergeseran dari klain "so good" ke "so bad". Faktornya, terutama karena hempasan gelombang krisis ekonomi global sekutar bulan September-Oktober lalu. Evaluasi tersebut disampaikan Iman dalam "Evaluasi Total Indonesia di 2008" di Jakarta, Senin (29/12).

Tahun 2008 diibaratkan pula layaknya pergantian cuaca yang mengalami anomali saat terjadi perubahan. Pemerintah, dikatakan Iman, selalu menyatakan pertumbuhan ekonomi mengalami peningkatan dengan nilai tukar rupiah yang relatif stabil.

"Tahun 2008 ini bisa disebut sebagai tahun turning point atau titik balik, dari kondisi ekonomi yang dikatakan so good ke so bad," kata ekonom Komite Bangkit Indonesia ini.

Pontang-pantingnya pemerintah menyiapkan dan mengantisipasi dampak krisis, menurutnya merupakan cermin bahwa Indonesia belum memiliki fundamental ekonomi yang kuat, seperti yang dikatakan pemerintah selama ini. Dampak krisis global, mulai terasa sejak bulan Oktober lalu.

"Perekonomian kita saat ini lemah. Tidak mungkin sebuah perekonomian yang secara fundamental kuat, berubah dalam waktu 1 bulan. Ini menunjukkan bahwa kondisi fundamental ekonomi Indonesia tidak didukung dengan baik," ujarnya.

Kinerja pemerintah di bidang ekonomi, menurut Iman, terlihat baik karena faktor-faktor eksternal. Misalnya, ekspor membaik karena harga-harga internasional dalam posisi yang bagus. Sebaliknya, ketika harga internasional turun, ekspor Indonesia juga mengalami penurunan.

Melemahnya permintaan ekspor telah mengakibatkan perusahaan yang berorientasi ekspor gulung tikar. Pasalnya, lebih dari 95 persen ekspor ditujukan ke negara-negara yang mengalami resesi, seperti Amerika, Eropa Barat, dan Jepang.

"Bursa saham membaik, karena banyaknya hot money masuk ke pasar saham. Sekarang tiba-tiba merosot karena hot money keluar. Hingga saat ini tidak ada faktor internal yang menunjukkan Indonesia bisa survive di tengah krisis," lanjut dia.

Sektor yang paling mengkhawatirkan adalah manufaktur, pertambangan, dan perkebunan. Selain itu, industri kecil dan UMKM menjadi kelompok yang paling rentan dan sudah lebih dulu terkena krisis.

Pada tahun 2009, Iman mengatakan, pemerintah harus mengantisipasi dampak yang lebih luas dengan menyediakan anggaran khusus untuk krisis ini.


http://nasional.kompas.com/read/2008/12/29/13311589/ekonomi.indonesia.2008..dari.so.good.ke.so.bad

Tidak ada komentar:

Posting Komentar