Sabtu, 14 Mei 2011

Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Indonesia 2008 Sama-sama Tinggi

TEMPO Interaktif, Jakarta:Direktur Global Market Research Deutsche Bank, Taimur Baig, mengatakan karakter perekonomian Indonesia tahun ini adalah pertumbuhan perekonomian yang tinggi dengan tingkat inflasi yang tinggi pula.

"Pertumbuhan ekonomi masih tinggi dan akan meningkat karena konsumsi dan investasi masih akan terus naik, tapi inflasi juga tetap tinggi" kata Baig kemarin di Jakarta.

Ia mengatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini bisa mencapai 6,5 persen. Namun Deutsche Bank juga memprediksi inflasi akan naik menjadi 6,5 persen, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) defisit 2 persen dari total produk domestik bruto (PDB) dan neraca perdagangan 6,1 persen dari total PDB. Dengan asumsi harga minyak dunia US$ 75 per barel dan pemerintah tidak menaikan harga bahan bakar minyak (BBM).

Deutsche Bank memiliki skenario lain mengenai proyeksi perekonomian Indonesia tahun ini dikaitkan dengan harga minyak dunia dan kebijakan yang akan dilakukan pemerintah.

Pertama, bila harga minyak dunia tetap pada level US$ 100 per barel dan pemerintah tidak menaikan harga BBM, maka pertumbuhan ekonomi Indonesia akan menjadi 6,3 persen dengan inflasi 7,5 persen dan defisit APBN 2,5 persen dari total PDB dan neraca perdagangan 2 persen dari total PDB.

Kedua, bila harga minyak tetap US$ 100 per barel dan pemerintah menaikan harga BBM 20 Persen maka pertumbuhan ekonomi menjadi 6,1 persen dengan inflasi 11 persen, APBN akan defisit 2,2 persen dari total PDB dan neraca perdagangan menjadi 3,5 persen dari total PDB.

Mengenai pelambatan ekonomi yang terjadi di Amerika, Baig mengatakan, Indonesia dan beberapa negara Asia lainnya akan terkena dampaknya walaupun tidak terlalu besar.

Baig menyebutkan ada tiga faktor yang menyebabkan pelambatan ekonomi Amerika berdampak terhadap Asia. Pertama, akan adanya penurunan permintaan barang oleh Amerika terhadap Asia. Kedua, korelasi antara investasi dengan ekspor, dan terakhir korelasi perekonomian Amerika-Asia lebih besar dari pada korelasi ekonomi antara Asia dengan Cina dan India, yang kini disebut-sebut sebagai magnet baru dalam perekonomian dunia.

"Fundamental perekonomian Cina dan India menjadi penahan dampak melambatnya ekonomi Amerika bagi negara-negara Asia lainnya" kata Baig.

l Ari Astri Yunita


http://www.tempointeraktif.com/hg/ekbis/2008/01/18/brk,20080118-115706,id.html

Ekonomi Indonesia 2008: dari "So Good ke So Bad"

JAKARTA, SENIN — Kondisi perekonomian Indonesia pada tahun 2008 digambarkan pengamat ekonomi Iman Sugema mengalami pergeseran dari klain "so good" ke "so bad". Faktornya, terutama karena hempasan gelombang krisis ekonomi global sekutar bulan September-Oktober lalu. Evaluasi tersebut disampaikan Iman dalam "Evaluasi Total Indonesia di 2008" di Jakarta, Senin (29/12).

Tahun 2008 diibaratkan pula layaknya pergantian cuaca yang mengalami anomali saat terjadi perubahan. Pemerintah, dikatakan Iman, selalu menyatakan pertumbuhan ekonomi mengalami peningkatan dengan nilai tukar rupiah yang relatif stabil.

"Tahun 2008 ini bisa disebut sebagai tahun turning point atau titik balik, dari kondisi ekonomi yang dikatakan so good ke so bad," kata ekonom Komite Bangkit Indonesia ini.

Pontang-pantingnya pemerintah menyiapkan dan mengantisipasi dampak krisis, menurutnya merupakan cermin bahwa Indonesia belum memiliki fundamental ekonomi yang kuat, seperti yang dikatakan pemerintah selama ini. Dampak krisis global, mulai terasa sejak bulan Oktober lalu.

"Perekonomian kita saat ini lemah. Tidak mungkin sebuah perekonomian yang secara fundamental kuat, berubah dalam waktu 1 bulan. Ini menunjukkan bahwa kondisi fundamental ekonomi Indonesia tidak didukung dengan baik," ujarnya.

Kinerja pemerintah di bidang ekonomi, menurut Iman, terlihat baik karena faktor-faktor eksternal. Misalnya, ekspor membaik karena harga-harga internasional dalam posisi yang bagus. Sebaliknya, ketika harga internasional turun, ekspor Indonesia juga mengalami penurunan.

Melemahnya permintaan ekspor telah mengakibatkan perusahaan yang berorientasi ekspor gulung tikar. Pasalnya, lebih dari 95 persen ekspor ditujukan ke negara-negara yang mengalami resesi, seperti Amerika, Eropa Barat, dan Jepang.

"Bursa saham membaik, karena banyaknya hot money masuk ke pasar saham. Sekarang tiba-tiba merosot karena hot money keluar. Hingga saat ini tidak ada faktor internal yang menunjukkan Indonesia bisa survive di tengah krisis," lanjut dia.

Sektor yang paling mengkhawatirkan adalah manufaktur, pertambangan, dan perkebunan. Selain itu, industri kecil dan UMKM menjadi kelompok yang paling rentan dan sudah lebih dulu terkena krisis.

Pada tahun 2009, Iman mengatakan, pemerintah harus mengantisipasi dampak yang lebih luas dengan menyediakan anggaran khusus untuk krisis ini.


http://nasional.kompas.com/read/2008/12/29/13311589/ekonomi.indonesia.2008..dari.so.good.ke.so.bad

Senin, 09 Mei 2011

Perekonomian Indonesia Hadapi Inflasi Tinggi

Jakarta (ANTARA News) - Perekonomian Indonesia pada tahun ini akan menghadapi ancaman inflasi tinggi, menyusul melambungnya harga minyak mentah dan komoditas pangan.

Ekonom Bank Mandiri, Martin Pangabean, dalam acara Economic Outlook 2008, di Jakarta, Selasa, mengatakan pada saat ini ancaman inflasi terlihat sangat nyata, dengan naiknya harga berbagai komoditas di pasaran dunia.

"Di berbagai belahan dunia, inflasi Februari 2008 (YoY) bahkan mencapai 5-10 kali lebih tinggi dari inflasi 2006," katanya.

Menurut Martin, tekanan inflasi di dalam negeri paling tidak ada tiga sumber penyebabnya, yakni harga komoditas global (termasuk pangan), kurs nilai tukar rupiah dan tekanan harga minyak dunia terhadap Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

Dari sudut kurs, lanjutnya, perhitungan Bank Mandiri menunjukkan bahwa kurs saat ini berada pada nilainya yang wajar Rp9.258 per dolar AS dan ini masih ada potensi pelemahan.

Penyebab melemahnya rupiah ini karena nilai ekspor Indonesia yang diperkirakan harganya tetap, sedangkan nilai harga-harga produk yang diimpor dari pasaran dunia sudah meningkat, sehingga nilai tukar Indonesia terdepresiasi dan menyebabkan nilai wajar kurs melemah.

Selain itu, kata Martin, ekspektasi para pelaku pasar yang memperkirakan kurs rata-rata 2008 berada pada angka Rp9.500 per dolar AS juga akan menjadi penyubang terhadap tekanan inflasi.

Sedangkan tekanan kedua datang dari tekanan anggaran, akibat kenaikan harga minyak mentah dunia yang di atas 100 dolar As per barel.

"Hingga 18 April 2008 harga ICP (Indonesian Crude Price) sudah mendekati 100 dolar AS per barel. Seandainya pemerintah memperkenalkan `smart card` atau merubah harga BBM oktan-90 menjadi Rp5.500 per liter, dampaknya adalah tetap kenaikan harga BBM pada tingkat eceran," jelasnya.

Dengan melihat ekspektasi dan perkembangan inflasi saat ini, Martin memperkirakan bahwa inflasi inti (core inflation) akan terus naik menjadi sekitar 9 persen pada akhir tahun ini.

Walaupun demikian, untuk angka inflasi inti akan menurun sepanjang 2009, selama pergerakan kurs dan harga energi kembali wajar, tambahnya. (*)

sumber: http://www.antaranews.com/view/?i=1208851098&c=EKB&s=

Sektor Pertanian dan Struktur Perekonomian Indonesia

Struktur perekonomian Indonesia merupakan topik strategis yang sampai sekarang masih menjadi topik sentral dalam berbagai diskusi di ruang publik. Kita sudah sering mendiskusikan topik ini jauh sebelum era reformasi tahun 1998. Gagasan mengenai langkah-langkah perekonomian Indonesia menuju era industrialisasi, dengan mempertimbangkan usaha mempersempit jurang ketimpangan sosial dan pemberdayaan daerah, sehingga terjadi pemerataan kesejahteraan kiranya perlu kita evaluasi kembali sesuai dengan konteks kekinian dan tantangan perekonomian Indonesia di era globalisasi.

Tantangan perekonomian di era globalisasi ini masih sama dengan era sebelumnya, yaitu bagaimana subjek dari perekonomian Indonesia, yaitu penduduk Indonesia sejahtera. Indonesia mempunyai jumlah penduduk yang sangat besar, sekarang ada 235 juta penduduk yang tersebar dari Merauke sampai Sabang. Jumlah penduduk yang besar ini menjadi pertimbangan utama pemerintah pusat dan daerah, sehingga arah perekonomian Indonesia masa itu dibangun untuk memenuhi kebutuhan pangan rakyatnya.

Berdasarkan pertimbangan ini, maka sektor pertanian menjadi sektor penting dalam struktur perekonomian Indonesia. Seiring dengan berkembangnya perekonomian bangsa, maka kita mulai mencanangkan masa depan Indonesia menuju era industrialisasi, dengan pertimbangan sektor pertanian kita juga semakin kuat.

Seiring dengan transisi (transformasi) struktural ini sekarang kita menghadapi berbagai permasalahan. Di sektor pertanian kita mengalami permasalahan dalam meningkatkan jumlah produksi pangan, terutama di wilayah tradisional pertanian di Jawa dan luar Jawa. Hal ini karena semakin terbatasnya lahan yang dapat dipakai untuk bertani. Perkembangan penduduk yang semakin besar membuat kebutuhan lahan untuk tempat tinggal dan berbagai sarana pendukung kehidupan masyarakat juga bertambah. Perkembangan industri juga membuat pertanian beririgasi teknis semakin berkurang.

Selain berkurangya lahan beririgasi teknis, tingkat produktivitas pertanian per hektare juga relatif stagnan. Salah satu penyebab dari produktivitas ini adalah karena pasokan air yang mengairi lahan pertanian juga berkurang. Banyak waduk dan embung serta saluran irigasi yang ada perlu diperbaiki. Hutan-hutan tropis yang kita miliki juga semakin berkurang, ditambah lagi dengan siklus cuaca El Nino-La Nina karena pengaruh pemanasan global semakin mengurangi pasokan air yang dialirkan dari pegunungan ke lahan pertanian.

Sesuai dengan permasalahan aktual yang kita hadapi masa kini, kita akan mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan pangan di dalam negeri. Di kemudian hari kita mungkin saja akan semakin bergantung dengan impor pangan dari luar negeri. Impor memang dapat menjadi alternatif solusi untuk memenuhi kebutuhan pangan kita, terutama karena semakin murahnya produk pertanian, seperti beras yang diproduksi oleh Vietnam dan Thailand. Namun, kita juga perlu mencermati bagaimana arah ke depan struktur perekonomian Indonesia, dan bagaimana struktur tenaga kerja yang akan terbentuk berdasarkan arah masa depan struktur perekonomian Indonesia.

Struktur tenaga kerja kita sekarang masih didominasi oleh sektor pertanian sekitar 42,76 persen (BPS 2009), selanjutnya sektor perdagangan, hotel, dan restoran sebesar 20.05 persen, dan industri pengolahan 12,29 persen. Pertumbuhan tenaga kerja dari 1998 sampai 2008 untuk sektor pertanian 0.29 persen, perdagangan, hotel dan restoran sebesar 1,36 persen, dan industri pengolahan 1,6 persen.

Sedangkan pertumbuhan besar untuk tenaga kerja ada di sektor keuangan, asuransi, perumahan dan jasa sebesar 3,62 persen, sektor kemasyarakatan, sosial dan jasa pribadi 2,88 persen dan konstruksi 2,74 persen. Berdasarkan data ini, sektor pertanian memang hanya memiliki pertumbuhan yang kecil, namun jumlah orang yang bekerja di sektor itu masih jauh lebih banyak dibandingkan dengan sektor keuangan, asuransi, perumahan dan jasa yang pertumbuhannya paling tinggi.

Data ini juga menunjukkan peran penting dari sektor pertanian sebagai sektor tempat mayoritas tenaga kerja Indonesia memperoleh penghasilan untuk hidup. Sesuai dengan permasalahan di sektor pertanian yang sudah disampaikan di atas, maka kita mempunyai dua strategi yang dapat dilaksanakan untuk pembukaan lapangan pekerjaan bagi masyarakat Indonesia di masa depan.

Strategi pertama adalah melakukan revitalisasi berbagai sarana pendukung sektor pertanian, dan pembukaan lahan baru sebagai tempat yang dapat membuka lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat Indonesia. Keberpihakan bagi sektor pertanian, seperti ketersediaan pupuk dan sumber daya yang memberikan konsultasi bagi petani dalam meningkatkan produktivitasnya, perlu dioptimalkan kinerjanya. Keberpihakan ini adalah insentif bagi petani untuk tetap mempertahankan usahanya dalam pertanian. Karena tanpa keberpihakan ini akan semakin banyak tenaga kerja dan lahan yang akan beralih ke sektor-sektor lain yang insentifnya lebih menarik.

Strategi kedua adalah dengan mempersiapkan sarana dan prasarana pendukung bagi sektor lain yang akan menyerap pertumbuhan tenaga kerja Indonesia. Sektor ini juga merupakan sektor yang jumlah tenaga kerjanya banyak, yaitu sektor perdagangan, hotel, dan restoran serta industri pengolahan. Sarana pendukung seperti jalan, pelabuhan, listrik adalah sarana utama yang dapat mengakselerasi pertumbuhan di sektor ini.

Struktur perekonomian Indonesia sekarang adalah refleksi dari arah perekonomian yang dilakukan di masa lalu. Era orde baru dan era reformasi juga telah menunjukkan bahwa sektor pertanian masih menjadi sektor penting yang membuka banyak lapangan pekerjaan bagi masyarakat Indonesia. Sektor pertanian juga menyediakan pangan bagi masyarakat Indonesia.

Saat ini kita mempunyai kesempatan untuk mempersiapkan kebijakan yang dapat membentuk struktur perekonomian Indonesia di masa depan. Namun, beberapa permasalahan yang dihadapi sektor pertanian di masa ini perlu segera dibenahi, sehingga kita dapat meneruskan hasil dari kebijakan perekonomian Indonesia yang sudah dibangun puluhan tahun lalu, dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia sampai saat sekarang ini.

Firmanzah, PhD
Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia


sumber: http://metrotvnews.com/index.php/metromain/analisdetail/2010/06/09/23/Sektor-Pertanian-dan-Struktur-Perekonomian-Indonesia

Perekonomian Indonesia 2008 Akan Melambat

Jakarta ( Berita ) : Bank Pembangunan Asia (ADB) memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan melambat dalam dua tahun ke depan, setelah mengalami pertumbuhan tertinggi sejak krisis keuangan Asia pada tahun 1997.

ADB dalam laporan tahunan utamanya yang termuat dalam “Asian Development Outlook (ADO) 2008″ yang dikeluarkan di Jakarta, Rabu [02/04] , memperkirakan ekonomi Indonesia akan tumbuh 6 persen pada 2008 dan kemudian meningkat menjadi 6,2 persen pada 2009, dari angka pertumbuhan 6,3 persen pada 2007.

Pertumbuhan ekonomi di Indonesia terutama akan didorong konsumsi rumah tangga, dibantu oleh dampak dari penurunan suku bunga. Investasi swasta juga kemungkinan akan meningkat sebagai respon atas menurunnya tingkat suku bunga dan membaiknya iklim investasi, menurut ADB.

Namun peningkatan ini kemungkinan sebagian akan tertutup oleh pelemahan pada net ekspor. Pada saat yang bersamaan, kata ADB, pertumbuhan investasi sektor publik serta belanja pembangunan yang sangat dibutuhkan kemungkinan akan tetap terbatas karena meningkatnya pengeluaran untuk subsidi.

ADB juga memperkirakan inflasi kemungkinan akan meningkat menjadi 6,8 persen pada 2008 dari angka 6,4 persen pada 2007 karena meningkatnya permintaan dalam negeri dan tingginya harga bahan pangan di tingkat global.

Menurut lembaga keuangan itu, angka inflasi akan turun menjadi 6,5 persen pada tahun 2009 karena turunnya harga pangan dunia.

Pertumbuhan ekspor diperkirakan akan lebih lambat pada 2008-2009 karena melemahnya permintaan global dan sedikit menurunnya harga komoditi internasional.

Meski sekitar 50 persen dari ekspor non minyak dan gas Indonesia ditujukan untuk pasar Asia di luar Jepang, menurut ADB, penurunan ekonomi di berbagai negara industri utama juga secara tidak langsung akan merugikan ekspor karena sebagian besar terdiri dari produk-produk antara untuk menjadi produk akhir yang nantinya akan diekspor ke pasar di negara-negara industri.

Di sisi lain, pertumbuhan impor diperkirakan akan tetap tinggi karena meningkatnya permintaan dalam negeri.

Berbagai perkembangan dalam bidang perdagangan ini kemungkinan akan berbarengan dengan meningkatnya defisit dalam neraca penerimaan dan jasa.

Sebagai akibatnya, surplus neraca berjalan akan turun menjadi 1,9 persen pada 2008 dan 1,6 persen pada 2009.

ADO mencatat bahwa pemerintah tetap berkomitmen terhadap pelaksanaan agenda reformasi yang ditujukan untuk memperbaiki iklim investasi dan penyampaian pelayanan publik.

Meski dunia usaha masih menghadapi lingkungan perundangan dan peraturan yang sulit, pada 2007 DPR telah mengesahkan Undang-Undang Investasi dan Administrasi Pajak yang telah lama ditunggu.

Pemerintah juga telah melakukan banyak langkah untuk mengurangi biaya untuk melakukan kegiatan usaha di Indonesia. Pemerintah juga meluncurkan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat pada 2007 untuk memperbaiki tata kelola dan penyampaian layanan di daerah pada tingkat kecamatan dan desa.

Menurut ADB, tantangan dalam jangka yang lebih panjang adalah memperbaiki lingkungan untuk penciptaan lapangan kerja untuk mengurangi kerentanan banyak warga Indonesia yang hidup di sekitar garis kemiskinan.

ADB sendiri bertekad untuk mengurangi kemiskinan di kawasan Asia dan Pasifik melalui pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan yang memihak kepada kaum miskin, pembangunan sosial dan tata kelola yang baik.

ADB didirikan pada tahun 1966 dan dimiliki oleh 67 negara anggota dimana 48 di antaranya ada di kawasan Asia. Pada 2007, ADB menyetujui pinjaman sebesar 10,1 miliar dolar AS, 673 juta dolar AS proyek hibah dan bantuan teknis sebesar 243 juta dolar AS. ( ant )


sumber: http://beritasore.com/2008/04/02/perekonomian-indonesia-2008-akan-melambat/

Perekonomian Indonesia, Lahan Subur Tumbuhnya Monopoli Swasta?

Oop Sopyan

Mahasiswa Jurusan Manajemen FE Unpad

I. Gambaran Umum Perekonomian Indonesia

Sistem perekonomian Indonesia adalah Sistem Perekonomian Pancasila yang artinya system perekonomian Indonesia adalah system ekonomi campuran yang berdasarkan nilai – nilai pancasila. Menurut system ini Indonesia menganut system pasar yang beretika dimana ada pemerintah yang turut campur tangan untuk mengatur, mengawasi jalanya perekonomian agar tidak terjadi kecurangan oleh para pelaku ekonomi dalam hal ini pengusaha, sehingga persaingan usaha lebih sehat.

Selain itu dalam system ekonomi pancasila pemerintah juga sebagai pelaku ekonomi. Sesuai UUD 45 pasal 33 Pemerintah menjadi pelaku ekonomi di sector usaha yang mengelola hajat hidup orang banyak, gunanya untuk mencegah terjadinya praktek monopoli swasta yang merugikan konsumen dalam hal ini rakyat. Ini jelas berbeda dengan system pasar Amerika yang liberal dan campur tangan pemerintah yang minimal bahkan hampir tidak ada, sehingga kemungkinan praktek persaingan usaha tidak sehat tak dapat dihindarkan, seperti monopoli.

Namun, idealitas system ekonomi pancasila tidaklah sama dengan realitasnya. Sistem ekonomi Indonesia semakin lama terlihat semakin menuju liberal khas Amerika. Nilai nilai ekonomi pancasila mulai ditinggalkan, persaingan usaha semakin didominasi oleh swasta, terutama oleh swasta asing melalui kerajaan bisnis”Multi National Coorporation yang nota bene ada di berbagai negara. Keadaan ini jelas membahayakan dan merugikan. Dikatakan berbahaya karena jika swasta apalagi swasta asing telah mendominasi perekonomian, maka pemerintah akan dikendalikan bukan mengendalikan, terutama jika swasta telah masuk dalam sector usaha yang mengelola hajat hidup orang banyak, pemerintah hanya akan menjadi boneka mainan perusahaan raksasa. Selain itu pemerintah kehilangan kedaulatan dan kewibawaan, hanya dapat menjadi ”budak asing” yang puas diberi suap segepok uang royalty dan pajak. .Dikatakan merugikan karena apabila swasta mendominasi maka akan terjadi persaingan usaha tidak sehat seperti monopoli oleh perusahaan perusahaan besar terutama asing yang akhirnya akan merugikan konsumen dalam hal ini rakyat dan mematikan usaha usaha dalam negeri .

II. Apa Itu Monopoli

Istilah monopoli mungkin sudah tidak asing lagi bagi kita. Namun banyak orang menganggap bahwa semua monopoli adalah merugikan. Sebenarnya tidak demikian, adakalanya monopoli itu menguntungkan terutama oleh negara. Sebelum membahas lebih dalam mengenai fenomena monopoli di Indonesia mari kita ulas sekilas mengenai system kerja monopoli dan menganalisis situasi yang bagaimana yang menyebabkan nya tumbuh subur, serta keuntungan dan kerugian yang di akibatkannya.

Monopoli berasal dari bahasa latin yaitu mono artinya satu dan poli artinya penjual atau perusahaan atau produsen. Jadi monopoli diartikan satu perusahaan atau produsen.Monopoli merupakan salah satu bentuk pasar persaingan tidak sempurna disamping oligopoly dan monopolistic. Dikatakan tidak sempurna karena tidak ada persaingan, hanya ada satu produsen yang menguasai pasar sehingga perusahaan tersebut dapat menentukan harga pasar yang tinggi.

Ciri – ciri spesifik dari dari pasar monopoli adalah dikatakan monopoli jika

· Hanya ada satu penjual atau produsen

· Menguasai Market Share lebih dari 70 %

· Harga ditentukan perusahaan

· Harga produk di atas normal

· Menguasai teknik produksi karena Hak eksklusif,Paten

Ciri ciri diatas bisa berlaku salah satu ataupun seluruhnya, namun intinya dalam monopoli kebijakan harga ada di tangan produsen sehingga dapat menentukan laba yang sebesar besarnya.Monopoli jelas merugikan konsumen karena konsumen dipaksa membeli produk diatas harga sewajarnya.

Pasar monopoli ada dua jenis yakni monopoli alami dan karena hal lain. Monopoli alami terjadi jika suatu perusahaan mempunyai kemampuan produksi paling efisien dan tidak ada yang menyainginya. Sedangkan monopoli karena hal lain, ini dikarenakan pemberian hak hak eksklusif produksi, trust atau paten Monopoli dapat dilakukan oleh dua pelaku ekonomi yakni oleh swasta atau negara. Monopoli oleh swasta ada yang merugikan dan ada yang menguntungkan. Dikatakan merugikan jika perusahaan tersebut melakukan monopoli karena trust sehingga dapat menguasai pasar lebih dari 75 % dan dapat menentukan harga pasar.Sedangkan yang menguntungkan jika monopoli tersebut adalah perlindungan terhadap penemuan berupa hak paten untuk memproduksi sebagai bentuk penghargaan Hak kekayaan intelektual. Seandainya tidak ada monopoli ini akan terjadi pembajakan ide.

Monopoli negara dilakukan oleh negara jika negara tersebut menganut system ekonomi sosialis yang sentralistik. Ini sangat merugikan karena akan mematikan swasta serta mematikan inovasi. Sebenarnya negara juga boleh monopoli asalkan hanya disektor usaha yang menguasai hajat hidup orang banyak seperti pengolahan minyak, listrik atau tambang. Tujuanya adalah mencegah monopoli swasta yang akan merugikan konsumen, dengan dikendalikan negara maka penentuan harga tidak seenaknya tetapi sesuai dengan harga sewajarnya dan lebih mementingkan kebutuhan publik dibanding laba.

Dilihat dari factor situasi pendukung, monopoli akan tumbuh dalam system perekonomian yang liberal dan ada legalitas hak ekslusif, legalitas untuk merger, privatisasi, aturan yang lemah dan pengawasan usaha yang kurang optimal. Untuk monopoli negara keseluruhan tentu saja itu akan tumbuh di negara yang sistemnya sosialis dan campuran seperti Indonesia. Betulkah Indonesia menjadi salah satu negara monopoli yang menguntungkan dan mensejahterakan rakyat ?Harusnya begitu? Tetapi kenyataanya? Apakah justru bukan negara yang memonopoli tetapi justru monopoli swasta yang menjamur diberbagai bidang?

III Kasus Monopoli Tamasek Holding di PT Telkomsel dan PT Indosat


Kekhawatiran kita akan munculnya praktek persaingan usaha tidak sehat oleh swasta dengan melihat makin bebas nya system ekonomi Indonesia ternyata mulai menjadi kenyataan. Kabar terkuaknya kasus monopoli Tamasek Holding di Indonesia menjadi bukti nyata bahwa apa yang banyak ekonom prediksikan akhirnya terjadi juga dan tidak menutup kemungkinan perusahaan perusahaan lain pun akan menyusul

Bulan Nopember lalu perekonomian Indonesia dikejutkan oleh kasus monopoli Tamasek Holding milik Singapura terhadap pasar telekomunikasi Indonesia melalui kepemilikan silang saham di PT Telkomsel dan PT Indosat sehingga dapat menentukan harga pasar yang jauh diatas normal. Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) menyatakan di media masa dan elektronik bahwa Tamasek terbukti bersalah karena melanggar Undang undang anti monopoli di Indonesia.

Menurut aturan yang ada mengenai monopoli, Tamasek melanggar Pasal 27 (a) UU No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan usaha Tidak Sehat. Seperti diketahui, Pasal 17 ayat (1) berisi ketentuan yang melarang penguasaan atas produksi dan atau jasa yang dapat mengakibatkan terjadinya praktik monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat, sedangkan Pasal 27 (a) melarang pelaku usaha memiliki saham mayoritas pada beberapa perusahaan sejenis yang melakukan kegiatan usaha dalam bidang yang sama pada pasar bersangkutan yang sama.Dari hasil investigasi ternyata Tamasek memang memiliki kepemilikan silang saham di Telkomsel dan Indosat sebesar 35% dan 49,5%, dari kepemilikan ini Tamasek menguasai pasar telekomunikasi Indonesia sebesar 85% dan menentukan harga lebih mahal 15% dibandinng pesaingnya. Jelas ini merugikan konsumen karenan konsumen harus membayar lebih mahal dalam tariff selular.

Perlu kita cermati bahwa yang melakukan monopoli secara tidak langsung adalah pihak swasta asing, dan itu terjadi pada perusahaan strategis yang dulunya dikuasai pemerintah sepenuhnya.Pada saat Telkomsel dan Indosat dipegang penuh pemerintah karena dianggap menyangkut kebutuhan orang banyak, kebijakan telkomsel dan Indosat tidak lah merugikan konsumen .Namun itu semua berubah setelah Indosat beralih ketangan swasta, terutama asing kebijakan lebih menguntungkan pemilik saham dimana Tamasek menggunakan kekuatan pasar Telkomsel dan Indosat untuk melakukan monopoli terhadap pasar selular yang merugikan konsumen hingga triliunan rupiah.

Kasus ini sebenarnya adalah buntut dari kebijakan pemerintah pada saat krisis yang menuruti scenario IMF, dimana pemerintah menjadikan ekonomi Indonesia menjadi menuju liberal dan melakukan keputusan palingkontroversial yakni privatisasi BUMN PT Indosat dan PT Telkomsel kepada swasta, sehingga swasta bisa melakukan monopoli seperti yang sekarang ini terjadi.Kejadian monopoli ini sebenarnya sudah diprediksi banyak ekonom ketika pemerintah memutuskan privatisasi kedua BUMN strategisnya. Seandainya Telkomsel dan Indosat masih dipegang oleh pemerintah secara penuh mungkin kejadian monopoli yang merugikan konsumen triliunan rupiah ini tidak akan terjadi. Namun semuanya telah terjadi, sangat kecil kemungkinan Indosat kembali menjadi milik pemerintah sepenuhnya, sekarang kita tinggal terus mengawasi persaingan usaha dan menegakan keadilan dalam usaha sehingga kejadian monopoli seperti ini tidak terjadi lagi.

Satuhal yang perlu diperhatikan pemerintah adalah jangan melakukan privatisasi lagi terutama dalam BUMN strategis karena ujung ujungnya keputusan nya apabila dimiliki swasta akan merugikan konsumen dalam hal ini rakyat banyak. Seandainya kedepan pemerintah masih terus menjual asset asset strategis nya bukan tidak mungkin monopoli seperti ini akan terulang lagi dan tentunya swasta semakin mengendalikan perekonomian Indonesia. Dan jika terus dibiarkan Indonesia akan menjadi sarang monopoli bisnis oleh asing terutama di bidang bidang yang strategis.

IV. Faktor Faktor Penyebab Terjadinya Monopoli Swasta di Indonesia

Kasus monopoli Tamasek memang mengejutkan banyak kalangan di Indonesia. Kasus monopoli bukanlah hal baru di Indonesia, bahkan kasus monopoli juga pernah dilakukan oleh Carefour perusahaan asal prancis terhadap pasar ritel Indonesia.Namun kasus monopoli Tamasek ini seakan menyadarkan kita bahwa monopoli swasta adalah sangat merugikan, kita tidak bisa membayangkan jika seluruh sector industri strategis yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh swasta, pasti kita sebagai konsumen akan jadi bahan permainan mereka. Namun sebenarnya dari segi system perekonomian yang katanya system pancasila dan UU antimonopoly sangat tidak memungkinkan adanya monopoli swasta, tetapi kenapa pada realitanya monopoli swasta banyak terjadi di Indonesia. Faktor factor apa saja yang mendukung tumbuhnya monopoli swasta di Indonesia. Berikut adalah analisisnya.

1. Efek Krisis Ekonomi

Krisis ekonomi memang membawa dampak perubahan yang sangat besar sekali terutama dalam perekonomian yang berubah dari mulai system hingga pelaksanaanya. Krisis ekonomi membawa kita kelingkaran setan IMF yang memaksa Indonesia menjadi lebih liberal dan memperlebar pintu investor asing melalui strategy planning IMF. Kebijakan yang dipaksakan IMF kepada Indonesia pada intinya ingin memprivatisasi sector sektor strategis yang selama ini dikuasai pemerintah lewat BUMN. Sepertinya tujuan IMF sudah mulai berhasil setelah pemerintah memprivatisasi BUMN strategisnya yaitu Indosat yang di susul Telkomsel. Selain itu efek krisis membawa kita ke perekonomian yang liberal karena dikendalikan IMF yang menumbuhkan dominasi swasta dalam perekonomian, walaupun ada aturan yang mengatur tetapi aparaturnya tidak maksimal.Jadi pantas saja ada kasus monopoli seperti sekarang ini.

2. Sistem Perekonomian yang Menuju Liberal

Sistem liberal dalam perekonomian mulai terasa sangat berpengaruh adalah setelah krisis yang merupakan hasil dari benih yang ditanamkan IMF dalam mengendalikan Indonesia lewat swastanisasi. Setelah menjalankan scenario IMF, dan kemudian lepas dari IMF Indonesia mulai membenahi perekonomian secara mandiri lagi, sayangnya dominasi swasta sudah membumi di Indonesia, apa yang diharapkan IMF sudah mulai tercapai yakni liberalisasi sehingga control pemerintah terhadap swasta menjadi berkurang. Dengan kemudahan dan keunggulan yang ditawarkan system liberal menyebabkan persaingan usaha tidak sehat semakin jaya di bumi nusantara ini.

3. Lemahnya Penegakan Hukum di Indonesia

Pada UUD 45 pasal 33 ayat 1 2 dan 3 sudah tercatat jelas bahwa perekonomian Indonesia haruslah berdasarkan kekeluargaan dan negara berhak menguasai sector ekonomi strategis demi keadilan rakyat banyak, jadi bukanlah swasta yang menguasai.sektor sector strategis karena dikhawatirkan akan merugikan rakyat. Begitupun dengan kasus Indosat selaku perusahaan telekomunikasi strategis harusnya negara yang menguasi seluruhnya bukanya swasta bahkan swasta asing, terbukti kalu swasta yang memiliki bukanya menguntungkan rakyat malah merugikan lewat praktek monopilinya. Dilihat dari aturan perundang undangan anti monopili sebenarnya aturan tersebut sudah ada dan sudah lengkap.Bahkan UU anti monopoli Indonesia sudah mengacu kepada peraturan Internasional seperti pelarangan kepemilikan silang pada perusahaan sejenis dan penguasaan pasar lebih dari 75 % yang dikategorikan monopoli. Sayangnya nasib UU tersebut sama nasibnya dengan UU yang lain hanya menjadi tulisan formalitas tanpa ada pelaksanaan yang secara tegas. Umumnya keputusan hukum di Indonesia itu condong kepada pengusaha besar, sehingga walaupun merugikan, perusahaan yang digugat biasanya bisa selamat.Jadi selama tidak ada penegakan hukum yang tegas kasus monopoli dan kasus kasus lainya bukan mustahil akan terjadi lagi.

4. Legalitas Penyatuan Usaha

Faktor yang sangat memungkinkan terjadinya praktek monopoli adalah legalitas penyatuan Usaha seperti Join Venture, Holding, Konglomerasi, dan Merger. Bentuk bentuk penyatuan usaha seperti itu akan memunculkan kerjasama yang kadang kerjasamanya tidak selamanya baik misalnya bisa mengontrol produksi sehingga harga sangat tinggi untuk produksi tersebut. Penyatuan usaha walaupun legal tetap akan mepengaruhi persaingan usaha yang sehat, karen dengan penyatuan usaha terutama merger dan akuisisi yang sekarang sedang trend di kalangan pengusaha akan membuat perusahaan gabungan tersebut menjadi besar dan dapat menguasai pasar sehingga akibatnya perusahaan tersebut bisa menetapkan harga diatas normal dan terjadilah praktek monopoli. Begitupun dengan Tamasek karena memiliki saham didua perusahaan telkomunikasi terbesar membuat perusahaan tersebut menggabungkan strategi bersama sehingga dapat mengontrol pasar dengan harga tinggi. Contoh lain yang sekarang sedang diawasi KPPU adalah bisnis media elektronik yang sudah mulai menuju monopoli, banyak penggabungan stasiun televise bergabung dalam rangka menguasai sebagian besar porsi iklan.Media Nusantara Citra yang sekarang memimpin pasar media elektronik menguasai 70% iklan sehingga apabila terus terusan akan terjadi monopoli. Kasus MNC ini sebenarnya hamper sama dengan Tamasek yaitu adanya kepemilikan silang di 3 stasiun televisi, hanya saja untuk bisnis media belum cukup bukti. Sebanarnya merger bukanlah hal yang dilarang hanya saja perlu pengawasan terus menerus dari KPPU agar tidak terjadi monopoli oleh perusahaan gabungan tersebut, dan KKPU harus segera menindak apabila tercium adanya praktek monopoli demi persaingan usaha yang sehat

Itulah penyebab penyebab yang menurut penulis menjadi biang tumbuhnya monopoli swasta di Indonesia. Seandainya penyebab penyebab itu belum diatasi dengan baik tidak menutup kemungkinan dimasa depan , negeri kita tercinta ini akan menjadi lahan subur bagi” tumbuhnya”Monopoli Swasta, tentusaja kita sendiri sebagai rakyat yang akan kena dampaknya.@ oleh : Oop Sopyan

Daftar Referensi

* Samuelson,Paul.2004. Mikroekonomi. Jakarta:PT Media Global Edukasi
* Pindyck, Robert.2003.Mikroekonomi. Jakarta: PT indeks
* www.ekonomirakyat.org
* www.detikfinance.com
* www.kapanlagi.com



sumber: http://operedzone.wordpress.com/2008/07/16/perekonomian-indonesia-lahan-subur-tumbuhnya-monopoli-swasta/